Curug Lawe, Air Terjun Unik di Ungaran


Akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk melepas penat setelah menjalani aktivitas yang membosankan. Beberapa kali saya melihat di instagram foto air terjun yang cukup unik dan membuat saya tergoda untuk mengunjunginya, curug Lawe nama air terjun itu.

Saya berangkat bersama seorang teman, dadakan dan tanpa persiapan apapun. Lokasinya pun kami tidak tahu, hanya tahu nama desa dimana air terjun ini berada yaitu Desa Kalisidi, Ungaran Barat. Nekat saja kami memacu sepeda motor ke arah gunung pati. Ternyata di sepanjang jalan Ungaran-Gunungpati ada beberapa papan penunjuk arah yang cukup jelas untuk ke curug lawe sehingga kami tidak perlu bertanya dan tidak tersesat.


Areal Hutan Lindung

Bayangan saya betapa syahdunya nanti ketika sudah sampai air terjun buyar seketika kala kami sampai di lokasi parkir curug lawe. Di sana sudah ada puluhan sepeda motor yang mirip parkiran pasar dan pastinya sudah banyak orang yang berada di air terjun itu. Pikir saya ngapain datang ke tempat bagus tapi ramai. Namun apa salahnya datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi.

Setelah membayar tiket kami langsung memulai trekking menuju curug lawe. Diawali dengan melewati perkebunan cengkeh kemudian melewati jalan makadam mengikuti sebuah aliran air. Air disini sangat jernih dan mudah ditemukan capung berwarna-warni di tepian aliran airnya. Capung sendiri adalah hewan yang menjadi indikator air bersih. Sepanjang jalan, sisi kiri adalah jurang dengan berbagai jenis pepohonan. Di kejauhan juga nampak rimbunnya hutan Kalisidi yang sedikit berkabut dan membentuk seperti lapisan-lapisan. Hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung jadi masih sangat asri, cocok untuk menyegarkan mata.

Jembatan romantis

Kemudian kami melewati sebuah jembatan yang dibuat dari papan yang dibawahnya digunakan untuk mengalirkan air. Pihak pengelola menamainya jembatan romantis. Jembatan ini mulai rapuh dan ada beberapa yang papannya sudah lepas jadi berhati-hatilah saat melewatinya. Tidak jadi romantis kan jika terperosok di jembatan itu. Setelah jembatan romantis masih ada 2 buah jembatan lagi, bedanya adalah jembatan berikutnya terbuat dari gelondongan kayu yang disusun. Jika ingin ke curug Lawe pakailah pakaian dan sepatu yang ringan dan mudah kering, atau bisa juga memakai sandal gunung. Jangan sampai salah kostum seperti saya yang memakai celana jeans dan sepatu casual, ini malah membuat saya tidak nyaman dan tidak bebas untuk mengeksplorasi titik-titik yang fotogenik.

Curug Lawe dengan dinding air terjun yang lebar

Sebenarnya dari Kalisidi bisa langsung menuju dua air terjun yaitu curug lawe dan curug benowo sehingga kita akan menemukan sebuah persimpangan, kiri ke curug Benowo dan kanan ke curug Lawe. Namun karena keterbatasan waktu kami hanya ke curug Lawe. Sesampainya di curug sudah banyak orang, ada yang berpasang-pasangan, bermain air berbasah-basahan dan ada pula yang sekedar foto-foto selfie. 

Curug Lawe ini menurut saya cukup unik, karena memiliki dinding yang lebar dan membentuk seperti oval. Gemericik air membasahi hampir semua dinding air terjun sehingga banyak ditumbuhi lumut dan tumbuh-tumbuhan yang membuat curug Lawe menghijau. Bagi penggemar fotografi ini adalah salah satu tempat yang asik untuk mencoba teknik slowspeed. Namun di beberapa titik aliran air masih ditemui plastik dan botol-botol air mineral, ini menunjukkan kurangnya kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihan. Padahal ada tulisan peringatan untuk tidak membawa apapun kecuali kesehatan, tidak meninggalkan apapun kecuali jejak, tidak mengambil apapun kecuali gambar dan tidak membunuh apapun kecuali waktu.

Comments

Popular Posts